Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Bisnis Pintar Indonesia. Gambar tema oleh Storman. Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Hallo Sobat Pintar..., Selamat Datang di Bisnis Pintar Indonesia...n__n Saya Membagikan Informasi Seputar Bisnis,Semangat & Motivasi Positif bagi Sobat yang Sedang, Akan atau Senang Berbisnis... Ayo Semangat...!!!

Jumat, 05 Mei 2017

Dalai Lama BERKATA :

- Tidak ada komentar
http://bisnispintarindonesia.blogspot.co.id/


“Dalai Lama” pemimpin umat “Buddha” dari Tibet berkata :

"Jagalah perkataanmu, karena akan menjadi perbuatanmu".
"Jagalah perbuatanmu, karena akan menjadi kebiasaanmu".
"Jagalah kebiasaanmu, karena akan membentuk karaktermu".
"Jagalah karaktermu, karena akan membentuk nasibmu".


Jadi sebenarnya, “nasibmu berawal dari pikiranmu”.

Jadilah Seseorang Yang Selalu Berpikir Positif Sebab Nasibmu Berawal dari Pikiranmu.
Semoga Bermanfaat.

INTROSPEKSI DIRI

- Tidak ada komentar
Sebuah Ilustrasi yang Pantas Kita Renungkan...

http://bisnispintarindonesia.blogspot.co.id/


Seorang cucu lelaki yang pemarah mendamprat kakeknya dengan kata-kata kasar. Sang kakek hanya diam, mendengarkannya dengan sabar, tenang dan tidak berkata apapun.

Akhirnya cucu lelaki itu berhenti memaki. Setelah amarah sang cucu mereda maka kakek bertanya kepadanya:
“Jika seseorang memberimu sesuatu tapi kamu tidak mau menerimanya, lalu menjadi milik siapakah pemberian itu?”
“Tentu saja menjadi milik si pemberi”, jawab si cucu.

“Begitu pula dengan kata-kata kasarmu”, tukas kakek.
“Aku tidak mau menerima kata-katamu itu, maka kata-kata tadi kembali menjadi milikmu. Kau harus menyimpannya sendiri. Aku khawatir nanti kau harus menanggung akibatnya karena kata-kata kasar hanya akan membuahkan penderitaan”.

Kemudian, lanjut kakek:” Sama seperti orang yg ingin mengotori langit dgn meludahinya. Ludah hanya akan jatuh mengotori wajahnya sendiri. Demikian juga jika di luar ada orang yg marah-marah kepadamu..biarkan saja….karena mereka sedang membuang SAMPAH HATI mereka (Jika engkau diam saja, maka sampah itu akan kembali kepada diri mereka sendiri)…kalau engkau tanggapi berarti engkau menerima sampah itu.”

“Hari ini begitu banyak orang di jalanan yang pergi dengan membawa sampah hatinya (sampah kekesalan, sampah amarah, sampah kebencian, sampah kepahitan, dll)…..jadilah kita BIJAK

Sang kakek melanjutkan nasehatnya:
“Jika engkau tak mungkin memberi, jangan mengambil”
“Jika engkau terlalu sulit untuk mengasihi, janganlah membenci”
“Jika engkau tak dapat menghibur orang lain, janganlah membuatnya sedih”
“Jika engkau tak bisa memuji, janganlah menghujat”
“Jika engkau tak dapat menghargai, jangan menghina”
“Jika engkau tak suka bersahabat, jangan bermusuhan”

Ayo jadilah orang yang bijak seperti Sang Kakek...
Semoga bermanfaat dan dibukakan pintu hikmat.

Senin, 01 Mei 2017

Tulisan ANNE AVANTIE

- 1 komentar
http://bisnispintarindonesia.blogspot.co.id/


Sangat Pantas kita Renungkan.

Terkadang kita tidak memikirkan bagaimana masa tua kita...Di saat produktif kita bekerja mati-matian, kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala. Setelah memasuki paripurna, kita lupa bahwa semua akan berlalu seiring waktu. Raga yang tak lagi kuat, tulang yang mulai rapuh, mata yang merangkak rabun, dan ingatan yang melepuh menjadi perjalanan waktu yang akan kita alami semuanya tanpa kecuali.

Ketika masa tua dengan “angpau” ditangan...maka anak, cucu, menantu, dan buyut pasti akan merapat mengitari hangat.
Tapi kalau "amplop merah" pun tak punya, pasti dingin itu menusuk sampai tulang belulang.
Semua ini “Nyata”, bukan "Fatamorgana".
Orang tua "tanpa amplop merah", "tanpa warisan" dan hanya menyisakan sakit karena kerja banting tulang di masa muda untuk membesarkan anak-anak menjadi pemandangan yang tak lekang dimakan waktu. Terlalu "spekulasi bisnis" di masa produktif, semua dipertaruhkan hanya untuk fokus pada pekerjaan. Karier terus dikejar sampai pada akhirnya di saat usia menjemput waktu, semua yang kita pertaruhkan habis...
Hidup menjadi "benalu anak", "korban perasaan" sampai ajal menjemput...
Ya kalau mendapat berkat anak berhati "malaikat", kalau tidak?
Anak yang kita timang dulu jadi anak yang "lupa ingatan", anak yang kita perjuangkan dengan airmata darah, lupa...

Kita Harus punya “uang”sendiri untuk merawat hidup kita di masa tua, jangan membayangkan anak akan "merawat" kita, membawa kita ke dokter dan menebus resep obat kita.
Pikirkan saja kalau kita akan masuk ke panti "jompo" yang akan kita bayar sendiri dari uang kita...

Hidup di masa tua itu..., Bonus, kalau anak berbakti.
Mari kita pikirkan masa tua dengan tetap berserah karena Tuhan sudah mengatur semuanya.
Tapi sadar se-dari dini, akan memberi hasil akhir...
Usia di penghujung waktu lebih baik dibanding bergulir tanpa rencana yang menuntun langkah yang pada akhirnya digerogoti rasa "kecewa" sampai akhir hayat...

Jangan berharap kepada manusia... Karena pasti akan mengecewakan. Berharaplah hanya kepada TUHAN SANG PENCIPTA PASTI DIBERKATI...
AMIN...

Membaca tulisan Anne Avantie, saya punya keyakinan, bahwa saya sudah punya Pilihan Bijak yaitu mempersiapkan "saat itu", masa tua kita dengan baik dan benar... Alangkah bahagianya kalau kita bisa memberi dan memberkati anak cucu kita ?
bukan malah menjadi beban bagi mereka yang kita kasihi...

Teruslah Semangat Sampai Anda Sukses.